Search
Search

Indonesia, Peringkat Kedua dalam Global Travel Muslim Index 2022

  • Home
  • Berita
  • Indonesia, Peringkat Kedua dalam Global Travel Muslim Index 2022

Jakarta – Setelah sempat terlempar dari 3 peringkat teratas dunia, Indonesia terus mengejar ketertinggalan dan pada kesempatan Islamic Digital Day yang diadakan KNEKS hari ini, CresentRating and Halal Trip mengumumkan Indonesia mendapatkan peringkat dua, diantara negara Islam lainnya.

Dilansir dari antaranews.com, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyatakan kebijakan pihaknya terkait pariwisata halal berorientasi terhadap penambahan layanan.

“Jadi kami fokus selama 18 bulan terakhir meningkatkan peringkat Indonesia dalam Global Travel Muslim Index karena kita sempat terlempar dari tiga besar. Alhamdulillah, kita diberikan peringkat nomor dua (pada tahun 2022), tapi kita tak boleh berhenti, kita harus bergandeng tangan, dan harus masuk peringkat pertama,” ucap dia dalam webinar Islamic Digital Day 2022 di Jakarta, Rabu (21/9).

Seperti diketahui, Indonesia telah meraih peringkat dua dari Global Travel Muslim Index 2022 dengan memperoleh poin sebanyak 70. Pada tahun 2025, dia menargetkan Indonesia mampu memperoleh poin 75 sehingga diharapkan dapat menyalip posisi Malaysia yang berada di peringkat pertama.

Dalam hal ini, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) terus mendorong pelaku usaha di industri halal untuk maju ke kancah global. Dorongan tersebut tak lain dengan telah diakreditasi SNI ISO/IEC 17065:2012 dan UAE 2055:2 untuk Lembaga Sertifikasi Halal, dan akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 untuk Laboratorium Halal dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Standar ini tidak hanya diakui di Indonesia, namun juga diakui oleh Badan Akreditasi Uni Emirat Arab atau ESMA. Akreditasi ini dapat menjadi pintu masuk pelaku usaha untuk memperluas pasar global, khususnya di Uni Arab Emirate (UAE).

Pada tahun 2020, Indonesia juga menjadi pasar konsumen halal terbesar di dunia dengan kontribusi konsumsi halal produk mencapai 184 miliar dolar AS. Selain itu, Tanah Air turut memberikan kontribusi sebagai produsen produk halal.

“Kemajuan ekosistem keuangan syariah Indonesia tercermin dalam pencapaian Indonesia sebagai negara yang memiliki ekosistem keuangan syariah terbaik secara global. Ini berdasarkan Islamic Finance Country Index tahun 2021,” kata Menparekraf.

Pandemi COVID-19, lanjut Sandiaga, telah membuat dunia bertransformasi secara digital dengan keterlibatan 204,7 juta pengguna internet di Indonesia dan tingkat penetrasi internet mencapai 73,7 persen.

Transformasi digital melahirkan pula ekosistem baru yang lebih terbuka dan berkeadilan dari segi pemasaran maupun distribusi melalui ranah digital. Adanya peluang tersebut dinilai menjadi peluang bagi sektor ekonomi syariah untuk mengambil peran.

Lebih lanjut, salah satu tren yang sedang berkembang di kalangan wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah contactless and flexible payment and services. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan QRIS di destinasi unggulan dan desa wisata yang sudah mencapai total nilai transaksi sebesar Rp 39 triliun. Bank Indonesia sendiri mencatat lebih dari 19 juta merchant sudah memanfaatkan QRIS.

Pemerintah menyediakan pula layanan QRIS crossborder dengan beberapa negara ASEAN sehingga wisatawan dapat lebih mudah bertransaksi, serta efisiensi biaya bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergerak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam kesempatan tersebut, Sandiaga turut mendorong para pelancong muslim berwisata di dalam negeri terlebih dahulu sebelum umrah atau menunaikan wisata religi di luar negeri.

Para wisatawan muslim dikatakan dapat memanfaatkan buku panduan pariwisata ramah muslim di lima destinasi favorit, yaitu Borobudur di Jawa Tengah, Likupang di Sulawesi Utara, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, dan Danau Toba di Sumatera Utara,

“#DiIndonesiaAja yang kita terapkan dengan prinsip CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability), sebetulnya cocok dengan prinsip halalan thayyiban,” ungkapnya.

Dikonfirmasi mengapa Malaysia mendapat peringkat pertama, Fazal Bahardeen, CEO CresentRating and HalalTrip mengungkapkan, perbedaan adalah Malaysia sangat fokus di market ini, lebih dulu dua tahun dari Indonesia.

Malaysia mempunyai ekosistem yang saling mendukung ditambah organisasi Islamic Tourism Center dan lembaga independen dibawah kementerian kebudayaan dan banyak program pelatihan yang dilakukan.

“Indonesia harus lebih konsisten dalam rencana jangka panjang,” ungkap Fazal. (NAD)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *