Search
Search

Glutathione Halalkah Dikonsumsi?

Oleh: Prof. Dr. Hj. Ir. Purwantiningsih M.S. Auditor Senior LPPOM MUI Expert of Laboratory Service LPPOM MUI

Dunia kecantikan telah lama mengenai glutathione sebagai zat yang dipercaya dapat menjaga kesehatan dan mencerahkan kulit. Apa saja manfaatnya? Bagaimana aspek kehalalannya?

Dalam beberapa tahun terakhir, nama glutathione atau yang sering disebut gluta semakin populer di masyarakat. Setidaknya ada dua hal yang membuat gluta, yang diyakini sangat berkhasiat di dunia kecantikan ini semakin dikenal. Pertama, tuntutan kaum hawa yang ingin tampil lebih cantik. Kedua, semakin gencarnya media sosial dan toko online yang mempromosikan produk yang mengandung gluta.

Glutathione (GSH) merupakan antioksidan yang diproduksi secara alami oleh tubuh. GSH bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya meringankan peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit bersisik, menebal, mudah terkelupas, dan gatal, meringankan gejala penyakit Parkinson dan efek samping kemoterapi pada pasien kanker, melawan radikal bebas, menjaga kesehatan jantung.

Gluta juga dipercaya dapat memelihara kesehatan kulit, mencegah kerusakan sel hati, meningkatkan efektivitas insulin, mobilitas penderita penyakit arteri perifer dan daya tahan tubuh, mengurangi gejala penyakit akibat kelainan genetik yang menyebabkan lendir kental menumpuk di paru-paru dan sistem pencernaan.

Cobalah gunakan situs pencarian google dan ketik kata “gluta”, maka akan muncul sederet akun media sosial dan toko online yang menawarkan produk kecantikan yang mengandung gluta dengan sederet manfaat yang bakal diperoleh bagi pemakainya. Produk tersebut ditawarkan sebagai suplemen kecantikan dalam kemasan soft capsule maupun cairan krim body lotion.

Guru Besar IPB University, Prof. Purwantiningsih menjelaskan, GSH diproduksi oleh hati dan sel-sel saraf di otak. GSH terbentuk dari 3 jenis asam amino, yaitu L-cysteine, glycine, dan L-glutamate. Ketiga komponen ini sejatinya secara alamiah diproduksi tubuh sejak lahir. Selain dihasilkan secara alami oleh tubuh, GSH juga dapat diperoleh dari makanan tertentu atau suplemen.

Keberadaan gluta di dalam tubuh diyakini mampu menangkal radikal bebas dan meregenasi sel-sel yang rusak. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi gluta secara alami juga semakin berkurang.

Gaya hidup yang kurang sehat serta terlalu sering terpapar oleh polusi dan racun, stress, sinar UV yang berbahaya, konsumsi alkohol, penuaan, keletihan yang berlebihan, merokok, dsb dapat mempercepat berkurangnya produksi gluta di dalam tubuh. Untuk mengatasi berkurangnya zat gluta di dalam tubuh maka banyak kaum perempuan yang mengonsumsi produk kecantikan yang mengandung gluta.

Dalam ulasannya yang dikutip beautyJournal.id dermatologis Dr. Gaile menjelaskan, GSH dapat memengaruhi produksi melanin (pigmen penentu warna kulit). Pigmen melanin dalam tubuh ada 2 jenis, yaitu eumelanin dan pheomelanin. Eumelanin membuat kulit menjadi warna hitamcokelat, dan pheomelanin membuat kulit menjadi warna kuning-merah. Pengaruh keberadaan GSH dalam mengontrol melanin dalam tubuh dapat dijelaskan dengan 3 tahap.

Pertama, GSH mengurangi aktivitas tyrosinase, enzim yang berperan untuk memproduksi melanin. Kedua, GSH mengubah produksi eumelanin menjadi pheomelanin. Dosis GSH tinggi akan membuat kulit memproduksi lebih banyak pheomelanin yang diasosiasikan dengan warna kulit lebih terang. Ketiga, GSH memengaruhi melanicytotoxic, artinya GSH memiliki efek depigmentasi pada kulit yang kerap membuat seseorang seolah terlihat lebih cerah/putih.

Dr. Gaile menekankan bahwa GSH tidak serta-merta dapat memutihkan kulit, karena pada dasarnya warna kulit asli manusia tidak dapat diubah. Keberadaan GSH dalam tubuh, dengan kandungan antioksidannya yang tinggi akan memberikan perlindungan kulit dari radikal bebas sehingga kulit menjadi sehat, kelembapan dan elastisitas kulit meningkat, dan membuat kulit lebih kuat, sehat, dan terlihat lebih cerah.

Meskipun diklaim memiliki banyak manfaat untuk kulit, penggunaan GSH dalam kecantikan juga harus berhatihati. Dr. Jati Satriyo, salah satu pengasuh konsultasi online alodokter.com menjelaskan, salah satu efek samping GSH yang pernah dilaporkan adalah konsumsi GSH dalam dosis tinggi dapat mengganggu fungsi organ ginjal. Oleh karena itu, konsumsi GSH dalam kesehariannya untuk kesehatan harus mendiskusikan terlebih dahulu kepada dokter spesialis kulit agar sesuai dengan riwayat kesehatan, serta obat lain yang mungkin sedang dikonsumsi.

Apek Kehalalan

Selain aspek keamanan, hal lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah sisi kehalalannya. Menurut Prof. Purwantiningsih, GSH selain diproduksi secara alami oleh tubuh, dapat juga diperoleh dari makanan keseharian kita.

Makanan yang disinyalir mengandung GSH adalah daging merah, ayam, dan ikan, telur, susu, buah-buahan seperti alpukat, jeruk, pepaya, kiwi, dan strawberi, sayuran yang mengandung sulfur, misalnya brokoli, kembang kol, bok choy, dan bawang putih, kunyit dan kacang.

“Jika kita konsumsi langsung jenis makanan sumber GSH tersebut, insyaallah tidak ada masalah dari sisi kehalalannya. Khusus untuk daging dan ayam, kita juga harus pastikan bahwa daging tersebut adalah daging halal dan memiliki Sertifikat Halal yang valid,” ujar Prof. Purwantiningsih.

Mengingat di pasaran juga banyak beredar suplemen gluta maka konsumen harus berhati-hati. Suplemen gluta yang beredar di pasaran umumnya dalam bentuk soft capsule maupun cairan krim body lotion. Tidak semua produk suplemen gluta terjamin kehalalannya. Titik kritis haram suplemen gluta antara lain terletak pada bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan proses produksinya.

“Apakah ekstrak daging merah yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih secara Syariah? Ini yang harus kita cermati,” kata Purwantiningsih. Selain bahan utama, bahan tambahan dan penolong seperti cangkang kapsul, gliserol, vitamin juga harus diwaspadai asal-usulnya dan prosesnya.

Proses produksi juga bagian yang harus dicermati, pastikan produk diproduksi di fasilitas produksi yang tidak terkontaminasi dengan bahan haram/najis. “Lebih aman jika kita gunakan gluta yang sudah bersertifikat halal,” pungkas Prof. Purwantiningsih. (***)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *