Search
Search

Dimanakah Kedudukan Manusia?

Oleh: KH. Abdusshomad Buchori

Ketua Umum MUI Jawa Timur 2015 -2020

Pengasuh Pondok Pesantren Darusyifa, Sidoarjo, Jawa Timur

Sebagai khalifa di muka bumi, manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memakmurkan, mengelola, menjaga, serta melestarikan keselamatan bumi dengan segala isinya.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dan istimewa. Ketinggian dan keistimewaan manusia itu ditentukan oleh dua hal. Pertama, manusia memiliki struktur dan bentuk jasmani yang lebih baik dan lebih bagus daripada makhluk-makhluk yang lain (QS. At-Tiin (95):4).

Kedua, manusia mempunyai jiwa/rohani yang sempurna, sehingga karena faktor rohani/jiwa inilah manusia disebut manusia dan menjadi makhluk yang lebih istimewa dan semakin jauh berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain, khususnya bila dibandingkan dengan binatang. Dan dengan jiwa/rohani inilah, manusia memiliki akal, rasio, pikiran, perasaan, kemauan, nafsu dan lain-lain.

Dengan akal, rasio/pikiran manusia bisa mengetahui benar dan salah. Juga dengan akal, rasio/pikiran manusia dapat menggali segala macam ilmu pengetahuan yang sangat mengagumkan. Ilmu-ilmu pengetahuan yang manapun adalah produk dari berfungsinya akal, rasio/pikiran ini.

Kemudian dengan perasaan, manusia menimbang-nimbang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah. Dari sinilah lahir karya-karya manusia dibidang kesenian dan dengan adanya kemauan manusia didorong untuk selalu berbuat sesuatu, yang bersifat dinamis dan kreatif. Berbagai prestasi yang bisa dicapai oleh manusia dalam berbagai lapangan kehidupan, terutama adalah lahir, karena peranan dan fungsi kemauan ini.

Namun jiwa/rohani dengan fungsi-fungsinya yakni akal, rasio/pikiran, perasaan kemauan, nafsu adalah dalam implementasinya bekerja secara kolektif, sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Seseorang tidak mungkin bisa menghasilkan sesuatu karya ilmiah, tanpa ikut sertanya fungsi perasaan dan kemauan. Demikian juga siapa pun mustahil bisa melahirkan karya-karya kesenian yang bermutu tanpa ikut aktifnya fungsi akal dan kemauan, begitu seterusnya.

Faktor rohani merupakan motor penggerak bagi lahirnya segala aktivitas hidup. Agar jasmani, rohani berhasil menuju kepada arah dan jalan yang benar, maka manusia hidup mutlak membutuhkan bimbingan (hidayah) agama.

Manusia diberi tugas sebagai khalifah (pemimpin dan pengelola) di muka bumi. Artinya, manusia mempunyai tugas menjadi penguasa yang memerintah dan mengatur kehidupan dengan sebaik-baiknya, sehingga manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memakmurkan, mengelola, menjaga, serta melestarikan keselamatan bumi dengan segala isinya.

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 30. Artinya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”

Juga firman Allah SWT dalam surat Hud (11) ayat 61. Artinya, “… Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya ….”

Manusia dalam menerima tugas-tugas tersebut, telah diberi modal berupa kemampuan jasmani dan rohani. Di samping itu masih ada tambahan lagi, bahwa segala sesuatu di dunia ini telah diciptakan oleh Allah SWT untuk keperluan manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 29. Artinya, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu ….”

Juga firman Allah SWT dalam surat Al-Jatsiyah (45) ayat 13. Artinya, “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berpikir.”

Dengan pedoman dan petunjuk ayat-ayat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa manusia merupakan salah satu di antara unsur-unsur lingkungan hidup yang mempunyai posisi sentral dan dominan. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *