Pernahkah kita membayangkan bagaimana rasanya menjalani satu hari tanpa suara, tanpa langkah yang leluasa, atau tanpa akses yang mudah? Di Hari Disabilitas Internasional, LPH LPPOM mencoba merasakannya sendiri dan dari pengalaman singkat itu, kami belajar bahwa kesetaraan bukan sekadar fasilitas, tetapi wujud kemanusiaan dalam tindakan nyata. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga menghadirkan ruang inklusif pelayanan sertifikasi halal BPJPH bagi semua.
Setiap tahun, Hari Disabilitas Internasional mengingatkan kita bahwa dunia ini tidak selalu memiliki bentuk yang sama bagi setiap orang. Ada yang melangkah dengan pasti, ada yang meraba dengan hati, dan ada yang mendengar dunia dalam keheningan. Tahun ini, LPPOM memilih untuk tidak hanya memahami lewat wacana, tetapi merasakannya secara langsung. Untuk sehari, LPPOM mencoba menempatkan diri pada perspektif saudara-saudara kita yang hidup dengan tantangan yang sering tak terlihat.
Pengalaman itu dimulai dengan sederhana: mencoba memakai kursi roda dan tongkat. Ketika roda bergerak, kami tersentak. Koridor yang biasanya terasa dekat mendadak seperti perjalanan panjang. Pintu yang biasanya mudah dibuka terasa seperti beban. Undakankecil berubah menjadi tanjakan yang menguras tenaga. Satu langkah terasa berbeda, seolah tubuh dan ruang berbicara dengan bahasa baru. Dan di sanalah kami tersadar bahwa bagi sebagian orang, perjuangan dimulai bahkan sebelum aktivitas hari itu dimulai.
Kami juga mencoba berkomunikasi tanpa suara. Hanya papan tulis kecil, gerakan tangan, dan tatapan yang bekerja. Dalam hening itu, kami belajar bahwa komunikasi setara bukan tentang seberapa fasih kita bicara, tetapi seberapa tulus kita ingin memahami. Tidak ada kata-kata yang mengalir, namun justru keheningan itu yang membuat kami benar-benar mendengar lewat mata, gestur, dan hati. Di situ kami merasakan bahwa perhatian adalah bahasa yang paling universal, dan juga paling dalam.
Hal-hal yang selama ini kami anggap sepele mendadak terasa berarti. Rambu kecil menuju toilet. Arah ke musala. Jalur akses yang jelas… Satu tanda sederhana dapat menghapus kebingungan besar. Satu pintu yang lebih ramah dapat menghilangkan kecemasan panjang. Dari detail kecil itulah kami belajar: inklusivitas dibangun bukan hanya oleh infrastruktur besar, tetapi oleh perhatian yang tidak terlihat namun sangat dirasakan.
Refleksi itu menjadi cermin yang menuntun kami pada pemahaman lebih dalam. Inklusivitas bukan tentang kita yang menolong, tetapi tentang penghormatan terhadap akses setara. Tentang mengakui bahwa setiap orang berhak merasakan dunia dengan cara yang lebih mudah, aman, dan nyaman.
“Bagi LPPOM, inklusivitas bukan sekadar memenuhi standar. Ini tentang memastikan setiap orang, tanpa terkecuali merasa dihargai, didengar, dan difasilitasi dengan akses yang setara. Dimulai dari hal-hal kecil, kami menciptakan perubahan layanan sertifikasi halal BPJPH yang ramah disabilitas,” Corporate Secretary LPPOM, Raafqi Ranasasmita.
Komitmen itu kini diwujudkan secara nyata di Global Halal Centre LPPOM. Pesan inklusivitas diterjemahkan dalam bentuk fasilitas yang dapat dirasakan, bukan sekadar dilihat mulai dari jalur landai, akses kursi roda, rambu ramah disabilitas, hingga pegangan tangan di berbagai titik penting. Semua itu dibangun untuk memastikan setiap tamu memiliki tempat yang sama berharganya.
Tidak berhenti di sana, LPPOM juga memberikan pelatihan bahasa isyarat bagi seluruh petugas lini depan. Mereka dipersiapkan untuk menyambut dan melayani tamu disabilitas dengan komunikasi yang setara, hangat, dan inklusif. Ini bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi tentang menunjukkan bahwa kami benar-benar ingin memahami bukan hanya lewat kata, tetapi lewat cara berkomunikasi yang mereka gunakan sehari-hari.
Peringatan Hari Disabilitas tahun ini meninggalkan pesan mendalam bagi kami. Dalam satu hari saja, kita dapat menemukan makna yang tak terukur bahwa inklusivitas bukan tentang apa yang kita bangun, melainkan tentang bagaimana kita memperlakukan sesama manusia dengan akses komunikasi dan fasilitas yang setara. Pada akhirnya, inklusivitas tumbuh dari kesediaan kita untuk benar-benar melihat dan memahami perjalanan orang lain. Dengan langkah-langkah kecil yang penuh kepedulian, kita dapat menghadirkan dunia yang lebih ramah bagi setiap manusia. (YN)