Dalam beberapa tahun terakhir, clean eating atau makanan sehat menjadi tren. Salad siap santap menjadi salah satu pilihan favorit clean eating. Makan ini dapat disiapkan dengan mudah dan cepat karena bahan utamanya dari sayur dan buah segar. Namun, ternyata tetap ada bahan kritis pada salad. Bahan mana yang perlu dipastikan memiliki sertifikat BPJPH? Berikut penjelasan dari auditor LPH LPPOM, Naomi Carissa Intaqta.
Clean eating atau makanan bersih dan sehat menjadi tren di kalangan selebriti dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam jangka waktu panjang meningkatkan permintaan makanan organik dan non-GMO (Genetically Modified Organism) hingga menjadi tren dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi perubahan gaya hidup secara mendalam. Salad siap santap menjadi salah satu pilihan favorit clean eating, salad didefinisikan sebagai makanan berupa sayur-sayuran hijau yang secara praktis disiram dengan berbagai bumbu dan saus, kemudian ditambahkan dengan sayuran atau buah-buahan lain [1].
Salad dengan porsi yang besar memberikan manfaat kesehatan yang berlimpah, seperti serat pada sayuran menjaga kesehatan gastrointestinal kolon. Selain itu, buah dan biji-bijian sebagai sumber antioksidan dan lemak sehat mampu mengurangi risiko kanker dan penyakit kardiovaskular, mengandung vitamin dan mineral yang tinggi [2]. Penyajiannya pun mudah dan cepat. Selain dari segi kesehatan, hasil pertanian dan perkebunan di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai bahan baku salad akan membantu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Bahan Baku dan Proses Pembuatan
Salad siap santap yang beredar luas di pasaran, pada dasarnya merupakan campuran sayuran dan buah segar yang diberi topping dan dressing. Sayuran dan buah segar yang biasa digunakan seperti selada, timun, brokoli, kale, daun beet, biji jagung, tomat cherry, buah berry, alpukat, lemon, pisang, apel, dan nanas.
Dressing yang digunakan dapat berupa rempah segar atau bumbu olahan, ada beragam jenis salad dressing, seperti french mayonnaise dressing jenis saus terpopuler dan mudah ditemukan, sesame soy dressing yang gurih dan banyak beredar di asia, honey mustard dressing bagi pecinta rasa manis, ginger wasabi dressing bagi pecinta rasa pedas, minty yogurt dressing yang memberikan tekstur creamy, dan kreasi jenis salad lainnya.
Apabila ingin mencoba membuat salad siap santap, sebagai contoh cucumber yogurt dressing, dapat dilakukan dengan menyiapkan mentimun, daun mint, yogurt, cuka anggur putih, lemon, garam, dan merica. Cincang kasar ¼ buah mentimun dengan ½ bungkus kecil daun mint, untuk dimasukkan ke dalam mangkuk makanan.
Selanjutnya dapat kita campurkan ke dalam mangkuk tersebut 150 gram yogurt, 1 sdm cuka anggur putih, ½ buah lemon, serta secukupnya kita taburkan garam dan merica [3]. Kita juga dapat menambahkan berbagai topping sesuai dengan kebutuhan kita, seperti biji-bijian, kacang segar atau olahannya, telur segar atau olahannya, susu segar atau olahannya, olahan serealia, sampai olahan daging ayam atau pun ikan panggang.
Aspek Kehalalan
Salad siap santap yang didominasi oleh sayuran dan buah-buahan, tidak serta merta berstatus halal untuk dikonsumsi. Sayur dan buah segar tidak perlu diragukan kehalalannya, namun penambahan topping dan penggunaan dressing pada salad siap santap perlu menjadi perhatian. Terkadang bahan yang ditambahkan bukan digunakan sebagai topping, melainkan untuk fungsi lain seperti penambahan whey protein dan vitamin untuk menu diet sehat atau program body building.
Apabila pada pembuatan salad siap santap ada penggunaan bahan turunan hewan, seperti daging hewan dan perasa hewani, perlu dipastikan bersumber dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan tata cara syariah. Sementara untuk bahan yang berasal dari hewan laut dan tumbuh-tumbuhan, yang diperiksa adalah bahan tambahan pangan dan bahan penolong yang digunakan.
Sebagai contoh topping pada salad adalah keju cheddar. Keju jeni ini merupakan produk olahan susu yang dapat dibuat melalui proses fermentasi oleh bakteri asam, dengan bantuan enzim rennet untuk menggumpalkan susu. Produk mikrobial dalam media pertumbuhannya memerlukan sumber karbon dan sumber nitrogen yang dapat berasal dari hewan haram maupun hewan halal yang tidak disembelih sesuai aturan Islam.
Diperhatikan juga kultur mikroba, bahan pemurnian, bahan penolong dan bahan lainnya yang digunakan. Ezim rennet sendiri umumnya berasal dari lambung anak hewan ruminansia, perlu dipastikan sumber hewal halal dan telah disembelih secara syariah.
Sebagai contoh dressing simple pada salad adalah penambahan madu. Perlu diperhatikan, madu yang digunakan telah bebas pengotor, termasuk bersih dari bangkai lebah. Contoh bahan dressing lainnya adalah yogurt, yang merupakan produk mikrobial sehingga perlu ditelusur kultur mikroba, media pertumbuhan, bahan pemurnian, bahan penolong, dan bahan lainnya yang digunakan.
Tambahan perasa, pewarna, dan penstabil juga sering digunakan pada yogurt sehingga menjadi titik kritis kehalalan yogurt. Minyak truffle termasuk contoh dressing yang populer, dapat dihasilkan dari rendaman jamur truffle dalam minyak nabati seperti minyak zaitun, aroma dan rasa jamur truffle akan terekstraksi oleh minyak tersebut.
Proses pengumpulan jamur truffle memanfaatkan babi betina dan anjing terlatih yang mampu mengendus keberadaan jamur ini, sehingga menjadi titik kritis kehalalan di mana sentuhan babi dan air liur anjing tergolong kontaminan najis berat. Fasilitas produksi dan penggunaan bahan penolong atau bahan tambahan juga turut diperhatikan.
Terkadang roti dengan porsi kecil juga menjadi pasangan yang baik bagi salad, sehingga didapat rasa kenyang dengan asupan kalori yang tetap terjaga. Apabila mencermati titik kritis dari roti, ada pada bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan.
Meskipun gandum selaku bahan baku jelas kehalalannya, namun dalam proses pembuatannya dilakukan fortifikasi untuk menambah kandungan vitamin dan mineralnya. Fortifikan seperti asam amino L-sistein sebagai pelunak gluten gandum, dapat berasal dari hasil ektraksi rambut manusia, ekstraksi bulu binatang, dan dari produk mikrobial.
L-sistein yang berasal dari rambut manusia jelas berstatus haram, berdasarkan FATWA MUI No. 2/MUNAS VI/MUI/2000 penggunaan bagian tubuh diharamkan. L-sistein dari bulu binatang perlu ditelurusi lebih lanjut, bulu domba dapat diambil saat masih hidup, namun unggas akan kesakitan apabila diambil bulunya sehingga harus disembelih terlebih dahulu, penyembelihan ini harus sesuai dengan aturan Islam.
Dengan penjelasan di atas, pecinta salad sebagai opsi clean eating memang harus sedikit bersabar untuk bisa menikmati salad siap santap yang dijajakan di berbagai pusat perbelanjaan kota besar di Indonesia tersebut sampai memperoleh sertifikat halal BPJPH. Apabila ingin membuat sendiri, pastikan bahan-bahan yang digunakan telah terjamin kehalalannya, dengan melihat label halal pada kemasan atas setiap bahan yang digunakan. (***)
Sumber Literasi
[1] A History of the American Salad diarsipkan 2013-01-22 di Wayback Machine., food.pop-cult.
[2] Mark L. Dreher. (2018). Whole Fruits and Fruit Fiber Emerging Health Effects. Nutrients, 10(12).[3] Aplikasi good food. Laman https://www.bbcgoodfood.com/howto/guide/10-salad-dressings-you-can-make-minutes.