Kalangan pelaku industri makanan dan minuman mengenal pewarna alami yang disebut carmyne (karmin). Pewarna alami tersebut terbuat dari serangga atau sejenis kutu daun disebut cochineal yang dihancurkan.
Cochineal merupakan binatang yang mempunyai banyak persamaan dengan belalang dan darahnya tidak mengalir. Adapun perwarna makanan dan minuman yang berasal dari serangga cochineal hukumnya halal, sepanjang bermamfaat dan tidak membahayakan
Kalangan pelaku industri makanan dan minuman mengenal pewarna alami yang disebut carmyne (karmin). Pewarna alami tersebut terbuat dari serangga atau sejenis kutu daun disebut cochineal yang dihancurkan.
Sebagai bahan pewarna makanan, karmin sering digunakan untuk mempercantik tampilan makanan kemasan dan olahan sehingga tampak lebih menarik. Berbagai jenis makanan yang beredar di pasaran, misalnya es krim, susu, yoghurt, makanan ringan anak-anak, banyak yang menggunakan bahan pewarna karmin, Karmin juga digunakan untuk mewarnai produk perawatan tubuh seperti shampo dan lotion, serta make-up seperti eyeshadow.
Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr, dosen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University sekaligus auditor halal Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menerangkan, karmin dibuat dari serangga Cochineal (Dactylopius coccus) atau kutu daun yang menempel pada kaktus pir berduri (genus Opuntia).
Serangga jenis ini banyak ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Saat ini Peru dikenal sebagai penghasil karmin terbesar di dunia, mencapai 70 ton per tahun. Kaktus digunakan sebagai sumber makan cochineal pada kelembaban dan nutrisi tanaman (Gambar 1).