Bekerja adalah peluang beramal shaleh. Maka harus dimanfaatkan dengan berkarya sebaik-baiknya sebelum kesempatan itu hilang sia-sia.
Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak mengetahui kapan kesempatan itu ditutup kepadanya.” (H.R. Tarmidzi)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa betapa berharganya waktu. Akan tetapi banyak di antara kita yang belum menyadari pentingnya memanfaatkan waktu, bahkan ada yang mengabaikannya begitu saja. Kita sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Saat bekerja bermalas-malasan. Menggunakan waktu melakukan sesuatu atau membicarakan sesuatu yang tidak berguna.
Untuk keperluan hidupnya ia bekerja dengan baik di jalan yang diridhoi Allah Swt. Waktu digunakan dan dihabiskan sebagai persiapan untuk menjalani perjalanan ke alam yang lebih kekal. Niatnya selalu tegak untuk melakukan segala kebaikan. Selebihnya, kita harus bersikap ikhlas sambil mengharap ridha Allah semata.
Allah Swt. berfirman: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S. Ath Thalaq: 2-3)
Allah Swt. berfirman tentang rezeki yang tidak disertai dengan ikhtiar kauniyah. Dalam firman-Nya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan itu? Maryam menjawab, Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikendaki-Nya tanpa hisab (Q.S. Ali-Imran: 37)
Allah Swt. berfirman menjelaskan rezeki yang dikaruniakan pada Siti Maryam: “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia berkata: Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masuk kepadamu. (Q.S. Maryam: 23-25)
Keutamaan bekerja sebagai amal shaleh dijelaskan oleh Allah Swt., yang artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.S. Al Qashas: 26)
Bekerja dengan Jujur
Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabatnya, tahukah kamu ada dosa-dosa yang tidak dapat diampuni dosanya dengan shalat dan puasa. Sahabat itu bertanya kembali, Yaa Rasulullah, apakah amal yang dapat mengampuni dosa-dosa yang tidak terampuni dengan shalat dan puasa itu? Rasulullah saw. menjawab, kerja keras dalam bekerja mencari penghidupan. (H.R. Tirmidzi).
Dalam sabda yang lain Rasullah menyebutkan, “Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya merasa kelelahan dalam bekerja mencari rezeki yang halal. (H.R. Dailami). Dalam sabdanya yang lain disebutkan, “Siapa bekerja keras hingga Lelah dari pekerjaannya, makai a terampunilah dosanya karenanya. (H.R. Ibnu Majah). “Barang siapa tidur malam dengan pulas setelah Lelah bekerja yang halal maka dia tidur dalam keadaan terampuni dosanya. (H.R. Asakir).
Dalam sebuah kajian Jumat di LPPOM MUI, Ustadz Farhat Umar menyatakan, Islam bukan saja memerintahkan manusia untuk bekerja yang halal. Akan tetapi lebih dari itu ia memerintahkan kepada manusia untik bekerja sebaik mungkin. (Q.S. 67:2 dan 18:7). Dan sesungguhnya Allah Swt. hanya menilai manusia dari amal yang baik ini bukan dari kekayaan atau karena banyak rezekinya.
Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah ingin apabila seseorang dari kamu bekerja, hendaklah meningkatkan kualitas amalnya.” (H.R. Tabrani). Sesungguhnya Allah menyukai jika salah serorang dari kamu melakukan sesuatu pekerjaan dengan cermat” (H.R. Baihaqi)
Allah Swt. berfirman, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila menakar untuk orang lain mereka mengurangi.” (Q.S. Muthoffifin: 1-3)
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal ini sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah Swt. berfirman, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al-Mulk: 2)
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan beramal, Allah Swt. menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaanpun yang terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah Swt. Rasulullah saw. dan orang-orang mukmin lainnya.
Allah Swt. berfirman; “Dan Katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah Swt. dan Rasulullah-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah; 105)
Di sisi lain, Rasulullah saw. sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak orang, jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.” (H.R. Bukhari).
Rasulullah saw. bersabda, “Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang kadang diberi kadang ditolak.” (H.R. Ahmad)
Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik pekerjaan dari kalian adalah pekerjaan pedagang yang tidak dusta, tidak khianat, tidak ingkar janji, apabila orang membeli tidak menyesal, apabila menjual tidak mencekik harga, apabila punya tanggungan tidak menagguhkan, dan apabila menanggung hak orang lain lain tidak mempersulit.” (H.R. Ahmad).
Dalam hadist lainnya nabi saw. berpesan: “Carilah rezeki dan segala kebutuhanmu sepagi mungkin, sesungguhnya pagi hari itu membawa berkah dan keberhasilanmu” (H.R. Tabrani). Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang yang bersih dan jujur.” (H.R. Ahmad). “Orang yang bekerja keras (sungguh-sungguh) karena keluarganya, adalah seperti orang yang berjuang di jalan Allah azza wa jalla.” (H.R. Tabrani dan Ahmad)
Islam mengajarkan, bekerja adalah sesuatu yang bernilai di sisi Allah, selama tidak meninggalkan pokoknya. Allah berfirman: “Seorang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) Supaya Allah memberikan balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (*)