Refleksi Isra' Mi'raj: Perintah Shalat Jadi Kunci Ketahanan Keluarga

Isra’ Mi’raj menjadi momentum untuk merefleksikan kembali pentingnya shalat sebagai tiang agama sekaligus dasar dalam membangun keluarga Islami modern. Dengan menjadikan shalat sebagai pedoman, keluarga tidak hanya mampu bertahan dalam menghadapi tantangan, tetapi juga berkembang menjadi komunitas yang lebih baik. 

Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terus menjadi sumber inspirasi bagi umat Muslim. Dalam perjalanan agung ini, Nabi Muhammad saw. menerima perintah langsung dari Allah Swt. untuk menunaikan shalat. Tidak seperti ibadah lainnya, kewajiban shalat ditetapkan di langit, menunjukkan betapa pentingnya perintah ini dalam membentuk kehidupan umat Islam. 

“Shalat adalah tiang agama dan menjadi dasar pembinaan kepribadian manusia,” ungkap Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A., Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga. Menurutnya, shalat memiliki makna yang lebih dari sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebagai jalan untuk membangun ketahanan mental dan spiritual yang kokoh, terutama di tengah tantangan kehidupan modern. 

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengingatkan umat Muslim bahwa shalat bukan hanya kewajiban individu, melainkan juga pondasi yang memperkuat hubungan dalam keluarga. Dalam konteks keluarga Islami modern, nilai-nilai shalat dapat diterapkan untuk menciptakan harmoni, mengelola stres, dan membangun generasi yang tangguh serta berakhlak mulia. 

Perintah Langsung dari Allah SWT. 

Dari lima rukun Islam, shalat adalah satu-satunya ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. “Shalat diwajibkan lima waktu sebagai perintah langsung dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Ibadah ini tidak hanya menjadi tiang agama, tetapi juga dasar pembinaan kepribadian manusia.,” jelas Prof. Amany.  

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. menegaskan pentingnya shalat sebagai pelindung dari perbuatan buruk dan keji. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-‘Ankabut:35, “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” Shalat menjadi sarana bagi manusia untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap tindakannya, menjadikannya terhindar dari perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Prof. Amany menegaskan bahwa ajaran Islam, termasuk shalat, selalu relevan dengan perkembangan zaman. “Jangan sampai ada pandangan bahwa ajaran Islam itu kuno. Ayat-ayatnya selalu terbarukan dan relevan dalam setiap masa,” katanya. Shalat bukan sekadar ritual, melainkan juga alat pembentukan karakter yang kokoh dan tangguh. 

Pendidikan dalam Keluarga Islami Modern 

Ketahanan keluarga menjadi salah satu fondasi penting dalam masyarakat Islami modern. Menurut Prof. Amany, keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah dapat terbentuk melalui pemahaman yang baik tentang fikih keluarga. Pemahaman ini meliputi hak dan kewajiban anggota keluarga, tunangan, mahar, akad nikah, pendidikan anak, hingga pengelolaan harta pribadi dan bersama. 

Relasi yang seimbang antara perempuan dan laki-laki juga menjadi kunci utama. “Pembagian tugas rumah tangga secara adil dapat menghindarkan perceraian,” tambahnya. Selain itu, hubungan kekerabatan yang harmonis membantu mengurangi stres, terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. 

Dalam konteks era milenial, keluarga perlu memberikan perhatian khusus pada pengelolaan masalah remaja. “Transformasi kehidupan sosial harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu keharmonisan keluarga,” tegas Prof. Amany. 

Pendidikan Karakter yang Asertif 

Pendidikan karakter menjadi salah satu pilar utama dalam membangun generasi yang tangguh. Prof. Amany menyebutkan bahwa karakter yang asertif memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan baik, memiliki pandangan positif, menyuarakan pendapat tanpa bersikap kasar, menghargai preferensi orang lain, tidak mudah dipengaruhi oleh opini orang lain, serta tangguh menghadapi gelombang perubahan abad XXI. 

Pendidikan karakter ini juga membantu individu terhindar dari konflik multidimensi dan mampu beradaptasi dengan tantangan seperti pandemi dan dampaknya di berbagai bidang. “Karakter yang kokoh adalah fondasi untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat,” ujar Prof. Amany. 

Peran Shalat dalam Ketahanan Keluarga 

Shalat menjadi salah satu kunci penting dalam menciptakan ketahanan keluarga. Melalui shalat, setiap anggota keluarga diajarkan untuk senantiasa mengingat Allah SWT., menjadikan-Nya sebagai pusat dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan. “Shalat bukan hanya ritual, tetapi juga jalan untuk membangun harmoni dalam keluarga,” kata Prof. Amany. 

Isra’ Mi’raj menjadi momentum untuk merefleksikan kembali pentingnya shalat sebagai tiang agama sekaligus dasar dalam membangun keluarga Islami modern. Dengan menjadikan shalat sebagai pedoman, keluarga tidak hanya mampu bertahan dalam menghadapi tantangan, tetapi juga berkembang menjadi komunitas yang lebih baik. 

Sebagai penutup, Prof. Amany mengingatkan bahwa pendidikan karakter, pengelolaan masalah remaja, dan transformasi kehidupan sosial harus berjalan seiring dengan pelaksanaan shalat. “Shalat adalah inti dari ketahanan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah,” tutupnya. (YN)