Berbagai macam hal dilakukan oleh orang tua untuk menyajikan makanan untuk dikonsumsi anak. Termasuk mencari informasi kandungan gizi dalam makanan. Saat anak baru mulai makan (disebut juga makanan pendamping asi atau MPASI) pada usia 6 bulan, orang tua sudah berupaya agar makanan yang dimakan si kecil bergizi dan mencukupi kebutuhannya.
“Makanan terbaik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak, baik dari zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein, maupun zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral,” jelas dr. Meta Hanindita Sp.A(K), dalam bukunya Mommyclopedia. 78 Resep MPASI.
Tidak hanya saat MPASI saja, tapi memberikan dan mengetahui kandungan gizi pada makanan anak berlanjut terus sampai anak menginjak satu tahun dan seterusnya. Orangtua harus memperhatikan asupan gizi demi mencukupi kebutuhan gizi anak.
Pemberian makanan sehat pada anak akan membantu mendukung perkembangan kognitif (keterampilan anak dalam berpikir) dan perkembangan fisik anak. Makanan yang mengandung karbohidrat, serat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Komposisinya pun harus diperhatikan.
“Semua sudah ada porsinya sendiri-sendiri. Nutrisi yang seimbang bagi anak berarti karbohidrat 55-60%, lemak 20-30%, dan protein hewani dan nabati 15-25%,” dokter Meta lanjut menjelaskan.
Memberikan makanan sehat pada anak adalah sebuah pondasi agar anak terbiasa makan makanan sehat setelah dia besar nanti. Anak akan terbiasa makan sayur, buah dan mengonsumsi protein serta karbohidrat karena terbiasa dengan apa yang dia konsumsi sejak kecil. Berikan pengetahuan sedikit demi sedikit mengenai kandungan gizi baik dalam makanan yang dikonsumsinya. Misalnya, bila makan wortel, penglihatan akan menjadi bagus.
Andaikan anak makan makanan yang tidak sehat, seperti jajanan yang mengandung banyak pewarna atau cemilan dengan kandungan gula tinggi, anak akan mengonsumsi dalam jumlah yang sedikit karena tidak terbiasa mengonsumsi makanan itu.
Selain agar anak terbiasa, manfaat lain dari mengonsumsi makanan sehat adalah:
- Persedian energi dalam tubuh menjadi stabil.
- Memperbaiki suasana hati.
- Membantu menjaga berat badan ideal.
- Membantu mencegah timbulnya masalah pada kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
- Mencegah anak terserang penyakit kronis seperti jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan lainnya.
Mengenalkan Makanan Halal pada Anak
Sejak belajar makan, berikan makanan yang halal untuk anak. Seperti yang kita ketahui, selain perintah agama, makanan yang halal adalah makanan yang baik untuk tubuh. Setelah anak mengerti, mulailah ajari anak untuk mengenal dan membedakan makanan yang halal dan haram. Berikan penjelasan mengenai konsep halal dan haram, dan apa yang terjadi jika kita mengonsumsi makanan yang tidak halal.
Ajari dengan memperlihatkan logo halal pada kemasan makanan. Jangan izinkan anak untuk membeli makanan yang tidak berlogo halal. Beri penjelasan mengenai kemungkinan adanya bahan tidak halal dalam kandungan makanan yang dimakannya.
Ajak anak mengamati kandungan yang tertera di label makanan. Jika di dalamnya terdapat bahan yang meragukan seperti gelatin, pastikan gelatin tersebut halal. Gelatin sendiri banyak terdapat pada jajanan favorit anak-anak seperti permen lunak, es krim, dan puding. Karena itu, mengenalkan komposisi makanan dapat mendidik anak berhati-hati sebelum mengonsumsi makanan.
Orang tua juga bisa mengajak anak berbelanja. Saat berbelanja bersama anak dan menemukan makanan atau minuman haram, ajari anak mengenali perbedaannya. Tunjukkan perbedaan kemasan, warna, tekstur, dan lainnya yang menjadi ciri khas masing-masing makanan. Begitu juga dengan menunjukkan mana minuman yang tidak halal seperti bir.
Ajak anak membaca, mengkaji, atau bahkan menghafalkan ayat dan hadis tentang halal. Contohnya adalah QS. Al-Maidah ayat 3. Atau, kenalkan ia dengan hadis yang berbunyi: “Rasulullah bersabda: tidak akan masuk surga siapa saja yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram. Neraka lebih utama untuknya.” (HR. Ahmad)
Jelaskan pada anak bahwa selain bahan makanan, cara memperoleh makanan juga harus halal. Makanan harus dibeli dengan cara halal, bukan makanan yang dibeli dari hasil mencuri, korupsi, atau menipu. (***)