Sebanyak 75 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari tujuh negara antusias mengikuti kunjungan akademik ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Kegiatan ini menjadi kesempatan berharga untuk memperdalam pemahaman tentang kepemimpinan entrepreneurial serta menjajaki peluang ekonomi halal di pasar global.
Dalam rangka memperluas wawasan mengenai kepemimpinan berbasis nilai-nilai Islam sekaligus memahami dinamika ekonomi halal secara global, sejumlah 75 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Surakarta, Universitas Malikussaleh Aceh, Universitas Khairun Ternate, UIN Samarinda, IAIN Pontianak, UIN Malang, Universitas Trunojoyo Madura, UIN Semarang dan UIN Jember melakukan kunjungan yang berlangsung pada Selasa, 11 November 2025, di Gedung MUI Pusat, Jakarta. Kunjungan ini diikuti mahasiswa dari Indonesia, Thailand, Filipina, Kamboja, Afghanistan, Turkiye dan Gambia.
Para peserta disambut hangat oleh Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Cholil Nafis. Dalam forum yang penuh inspirasi ini, Ia memaparkan peran MUI dalam membimbing umat dan menjembatani aspirasi masyarakat. KH. Cholil Nafis juga menekankan pentingnya kunjungan seperti ini sebagai sarana bertukar gagasan, memperkuat pemahaman, dan menyerap aspirasi generasi muda.
“Melalui forum ini, MUI dapat menjelaskan gagasannya kepada mahasiswa. Sebaliknya, MUI juga berkesempatan menyerap aspirasi, harapan, dan pemikiran dari generasi muda, termasuk dosen dan mahasiswa UIN,” ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memperkaya wawasan akademik para peserta, tetapi juga memperkuat kolaborasi antara lembaga keagamaan dan dunia akademik. Sinergi ini menjadi kunci dalam mengembangkan ekonomi halal serta kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, baik di tingkat nasional maupun global.
Mewakili manajemen Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) LPPOM, Hendra Utama menjelaskan bahwa nilai pasar ekonomi halal dunia terus mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini, sektor halal tidak lagi terbatas pada produk pangan, tetapi telah berkembang luas mencakup fesyen, kosmetik, farmasi, pariwisata, media, hingga keuangan syariah.
Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menempati posisi strategis sebagai produsen sekaligus konsumen potensial dalam ekosistem halal global. “Era digital juga menghadirkan sinergi baru antara halal dan teknologi. Berbagai platform e-commerce kini menampilkan logo halal untuk memberikan kejelasan dan kepercayaan kepada konsumen. Bahkan, teknologi blockchain mulai digunakan untuk memastikan rantai pasok halal yang transparan dan terverifikasi dari hulu hingga hilir,” jelas Hendra.
Lebih lanjut, pihaknya menambahkan bahwa sertifikasi halal kini menjadi trust mark global, simbol kepercayaan dan kualitas yang membuka akses pelaku usaha ke pasar internasional. Selain itu, sertifikasi halal juga meningkatkan loyalitas konsumen, baik Muslim maupun non-Muslim, karena mencerminkan standar kebersihan dan etika yang tinggi.
Pria yang juga berprofesi sebagai Auditor Halal Senior LPH LPPOM itu menekankan bahwa untuk membangun ekosistem halal yang tangguh di pasar global, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan pentahelix. Pendekatan ini melibatkan:
- Akademisi, seperti UIN dan inkubator bisnis halal, yang mencetak SDM unggul dan inovatif.
- Pemerintah, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), sebagai regulator dan fasilitator kebijakan.
- MUI, yang menetapkan standar dan fatwa halal.
- Pelaku usaha dan industri, yang menjadi motor ekonomi halal.
- Komunitas dan mahasiswa, sebagai penggerak generasi muda halalpreneur.
Kolaborasi pentahelix ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem halal entrepreneurship, mendorong inovasi, dan membuka peluang bisnis yang berdaya saing serta berdampak sosial positif. Mahasiswa diharapkan memanfaatkan ilmu, teknologi, dan jejaring yang dimiliki untuk menciptakan bisnis halal yang berdaya saing dan berdampak sosial positif.
Transformasi digital membuka jalan bagi kebangkitan ekonomi halal di pasar global. Dengan integritas, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat ekosistem halal global. Sertifikasi halal, branding yang autentik, serta penerapan teknologi digital menjadi fondasi utama dalam perjalanan menuju masa depan halal yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, LPH LPPOM memiliki keunggulan tidak hanya karena pengalaman panjangnya di bidang sertifikasi halal, tetapi juga kemampuannya dalam mendukung generasi muda, termasuk mahasiswa, untuk memahami dan menjelajahi pasar halal global. Dengan fasilitas laboratorium modern yang telah terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), LPH LPPOM menawarkan layanan pengujian yang profesional, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Tidak hanya itu, laboratorium ini juga menjadi yang pertama di Indonesia yang memadukan konsep halal dan vegan, menjadikannya sebagai sumber belajar dan referensi praktis bagi mahasiswa. Di sini, mereka dapat mengembangkan produk halal, memahami standar internasional, dan mempersiapkan diri untuk bersaing di pasar halal global yang menjadiu sebuah langkah penting bagi generasi muda yang ingin menjadi pionir di ekosistem halal dunia.
Melalui fasilitas ini, LPH LPPOM tidak hanya mendukung proses sertifikasi, tetapi juga menyediakan layanan pengujian produk, pelatihan, dan konsultasi teknis yang memperkuat daya saing di tengah transformasi pasar halal global. (ZUL)