Search
Search

Smart & Stylish Muslim, Trendi Tetap Syar’i ala Bang Anca  

Smart & Stylish Muslim, Trendi Tetap Syar’i ala Bang Anca

Gaya hidup halal kini bukan sekadar prinsip, tapi juga pernyataan. Bersama Bang Anca, kita diajak melihat bahwa tampil modis bisa sejalan dengan nilai keislaman—tanpa kompromi, tanpa kehilangan jati diri. 

Di tengah arus deras tren fashion global, kaum Muslim kini punya ruang lebih besar untuk mengekspresikan diri bukan hanya soal gaya, tapi juga soal identitas. Fashion tak lagi sekadar bentuk estetika, tapi menjadi bahasa untuk menyampaikan nilai, keyakinan, dan kepribadian. Salah satu yang telah mempopulerkan pendekatan ini adalah Anca Syah, atau yang akrab disapa Bang Anca (@anca.id), seorang content creator halal sekaligus pecinta fashion yang dikenal lewat gaya streetwear-nya yang khas dan syar’i. 

Dalam sebuah wawancara hangat, Anca membagikan pandangannya soal bagaimana seorang Muslim bisa tetap tampil stylish tanpa keluar dari jalur syariat. Ada lima prinsip utama yang selalu ia pegang, yang bisa jadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin tampil keren dan tetap taat. Ini bukan semata soal pakaian yang dipakai, tapi juga soal kesadaran, niat, dan pilihan hidup. 

1. Trendi Tapi Tetap Syar’i 

“Berpakaian syar’i itu bukan berarti harus pakai baju koko atau gamis terus-menerus,” ujar Anca membuka. Menurutnya, pria Muslim justru memiliki keleluasaan dalam eksplorasi gaya, selama tetap mematuhi batas aurat. Favorit Anca adalah gaya Japan streetwear gaya kasual khas Jepang yang ditandai dengan potongan longgar, warna-warna netral, dan kesan minimalis. 

Style favorit saya itu simple, earth tone, longgar. Pas banget buat menutup aurat dengan rapi, tapi tetap kelihatan keren,” katanya. Salah satu contoh gaya yang ia andalkan adalah perpaduan inner kaos oversized, outer kimono, dan celana cargo longgar. Tidak hanya menutup aurat, tetapi juga mengekspresikan karakter dan tetap menjaga adab. Fashion, baginya, adalah cara untuk menunjukkan bahwa seorang Muslim bisa aktif, modern, dan sadar nilai. 

2. Prinsip Berpakaian Syar’i untuk Muslim Pria 

Anca menegaskan bahwa Islam memberikan pedoman jelas soal berpakaian untuk laki-laki: aurat dari pusar hingga lutut harus tertutup, tidak memakai sutra dan emas, serta tidak meniru gaya perempuan. Tapi prinsip itu bukan batasan yang membatasi kreativitas, justru bisa menjadi pondasi kuat untuk berkarya. 

“Yang penting nutup aurat dengan rapi, longgar dan tidak transparan, nggak mencolok atau berlebihan, dan niatnya karena Allah, bukan cuma gaya-gayaan,” jelasnya. Dengan prinsip ini, berpakaian tak hanya jadi urusan penampilan, tapi juga bentuk tanggung jawab spiritual. Pilihan fashion yang benar bisa menjadi refleksi iman, bukan sekadar tren. 

3. Menyaring Tren, Bukan Menelan Mentah 

Dalam dunia yang penuh tren baru setiap hari, Anca memilih untuk bersikap selektif. “Saya nggak ikut-ikutan semua tren. Saya saring, yang sesuai syar’i saya ambil,” katanya. Misalnya, tren layering khas Jepang yang bisa dikreasikan menjadi tampilan stylish yang tetap menutup aurat. 

Hal lain yang kerap terlewat, menurutnya, adalah soal material pakaian dan aksesori. “Banyak orang belum sadar bahwa beberapa sneakers pakai bahan dari kulit babi. Ini jelas haram dan harus dihindari,” tegasnya. Bagi Anca, kehalalan fashion tak hanya dilihat dari bentuk atau model, tapi juga dari apa yang melekat pada tubuh kita. 

Beberapa brand modest fashion sudah melakukan sertifikasi halal. Untuk mengecek produk fashion yang sudah bersertifikat halal, LPPOM menyediakan platform Cari Produk Halal di website www.halalmui.org. 

4. Gaya Personal yang Berarti 

Gaya sehari-hari Anca adalah perpaduan antara modestwear dan Japan streetwear, kadang dibumbui sentuhan Japanese Americana. “Gaya ini fleksibel, bisa dipakai kerja, meeting, sampai bikin konten. Yang penting buat saya: minimalis, meaningful, dan tetap nyaman untuk ibadah kapan aja,” katanya. 

Bagi Anca, pakaian yang baik bukan hanya menunjang aktivitas sosial, tapi juga memudahkan dalam beribadah. Oleh karena itu, kenyamanan dan fungsi jadi pertimbangan utama. Ia menghindari desain ribet dan memilih potongan yang tidak mengganggu saat harus wudhu atau shalat. Gaya personalnya adalah cerminan dari keseharian: aktif, produktif, dan tetap terhubung dengan Allah. 

5. Tren Fashion Muslim Pria: Patut Diapresiasi atau Waspadai? 

Menurut Anca, tren modest streetwear yang berkembang saat ini patut diapresiasi. Banyak brand lokal yang mulai memahami kebutuhan Muslim dalam berpakaian: cutting longgar, warna-warna earthy, dan desain yang Islami tapi tetap global. 

Namun, tidak semua tren bisa diikuti tanpa pertimbangan. Salah satu contoh yang ia soroti adalah tren boxy cut. Meskipun terlihat keren, potongan ini bisa membuka aurat saat sujud jika tidak ditangani dengan bijak. Solusinya? Gunakan kaos dalam atau layering yang tepat. “Gaya boleh, tapi jangan sampai ganggu ibadah,” ujarnya mengingatkan. 

Di ujung obrolan, Anca memberikan pesan kuat: berpakaian bukan sekadar soal tampilan luar, tapi juga bentuk dakwah. “Fashion itu bisa jadi ladang dakwah juga. Tunjukkan bahwa menjadi Muslim itu bisa aktif, modern, dan tetap taat kepada Allah Swt,” tegasnya. 

Kini, pilihan ada di tangan Anda. Apakah ingin menjadikan fashion sebagai bentuk ekspresi tanpa arah, atau sebagai media syiar yang membumi dan membangun? Lewat prinsip dan gaya Bang Anca, kita belajar bahwa jadi Muslim yang stylish itu bukan hanya mungkin, tapi juga mulia. Dan saat dunia mulai menoleh ke arah kita, mari tunjukkan bahwa kita siap—dengan gaya, dengan makna, dan dengan iman. (ZUL) 

Sumber : https://halalmui.org/jurnal-halal/174/