Search
Search

Kuatkan Akidah, Sambut Ramadhan 

Kuatkan Akidah, Sambut Ramadhan

Oleh: KH. Drs. Abu Deedat Syihab, MH, Ketua Lembaga Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia (LDK MUI)  

Setiap Muslim dianjurkan bersikap berdasarkan tuntunan Islam. Termasuk menyikapi dua momen di penghujung tahun yang bukan dari budaya Islam, sementara tidak lama lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadhan. Bagaimana kita menyikapinya?  

Setiap bulan Desember hingga proses pergantian tahun Masehi menjadi momen ujian akidah bagi setiap Muslim. Mengapa begitu? Karena pada setiap akhir Desember ada dua hari raya yang jelas bukan hari raya umat muslim, yakni Natal dan Tahun Baru, namun banyak muslim yang larut dan ikut merayakan keduanya. Isu pluralisme, kebinekaan dan kerukunan umat beragama begitu gencar terdengar pada periode akhir tahun Masehi. 

Begitu juga perayaan pergantian tahun Masehi. Tidak bisa lepas dari budaya ajaran agama tertentu. Untuk diketahui, sejarah 1 Januari tidak bisa lepas dari keyakinan bahwa orang-orang Romawi meyakini adanya dewa yang bernama Janus. Dewa Janus ini memiliki dua muka, di depan dan belakang. Kaisar Roma Julius Caesar ketika itu memutuskan untuk merayakan tahun baru dalam rangka untuk memperingati hari kelahiran Dewa Janus, yang kemudian diabadikan menjadi bulan Januari. 

Mari simak Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari no. 7319). 

Hadits di atas tegas melarang setiap Muslim meniru suatu kaum. Jika demikian, maka termasuk kaum itu. Maka, alangkah baiknya pergantian tahun Masehi disikapi dengan biasa saja. Pergantian bulan. Biasa-biasa saja. Seandainya seluruh bangsa Indonesia menganggap biasa saja pergantian tahun, maka ini bisa menghemat triliunan rupiah. Tidak ada lagi foya-foya, pemborosan, membakar petasan, dan membakar kembang api pada malam pergantian tahun. 

Bagaimana jika pergantian tahun dijadikan momen evaluasi dan muhasabah? Tentu itu bagus. Sejatinya sebagai Muslim setiap waktu, setiap pergantian hari pun menjadi momen untuk evaluasi. Sehingga muhasabah dilakukan setiap saat, tanpa harus menunggu pergantian tahun. 

Persiapan Ramadhan 

Daripada ikut larut dalam kegiatan yang tidak bermanfaat yang tidak ada dalam tuntunan Islam, alangkah baiknya mempersiapkan diri menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah dan ampunan ini bisa menjadi momen istimewa untuk meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.  

Sebelum Ramadhan, ada bulan Rajab dan Sya’ban. Bulan Rajab dan Sya’ban adalah garis start menyambut bulan suci Ramadhan. Pada dua bulan ini terkandung banyak keutamaan yang dapat dijadikan bekal untuk menyambut bulan suci Ramadhan. 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebelum Ramadhan tiba. Misalnya dengan memperkuat iman, memupuk niat tulus untuk berpuasa dan meningkatkan ibadah. Mengingat kembali keutamaan dan pahala di bulan Ramadhan agar semakin termotivasi, sekaligus memohon kepada Allah Swt. untuk diberikan kesempatan dan kesehatan dalam menjalankan ibadah puasa. 

Hal lain yang juga sangat dianjurkan adalah memperbanyak tilawah Al-Qur’an dan amalan sunah lainnya, serta mengikuti kajian agama untuk lebih memperdalam ilmu agama, baik secara luring maupun daring. Pada kesempatan itu, silaturahmi serta memperbaiki hubungan dengan keluarga, tetangga, dan sahabat juga bisa semakin ditingkatkan. 

Menyambut bulan Ramadhan dengan persiapan matang akan membantu memaksimalkan ibadah dan meraih pahala sebanyak-banyaknya.  Terlebih lagi, Allah Swt. secara khusus mengundang orang-orang beriman untuk menjalankan ibadah Ramadhan, sebagaimana dalam surat Al-Baqarah Ayat 183.  

Pertanyaannya, siapakah yang dimaksud orang beriman? “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat, ayat 15). 

Dalam menjalankan ibadah Ramadhan, ada tiga tahapan target yang harus tercapai. Pertama menjadi orang bertakwa. Kedua menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Ketiga, senantiasa berada di jalan kebenaran. Maka, azzamkan diri. Jangan bermalas-malasan di bulan Ramadhan, karena hanya di bulan suci itulah amalan kecil akan dibalas dengan pahala yang besar. (***) 

*Selengkapnya di https://halalmui.org/jurnal-halal/171/