Search
Search

Pengaruh Makanan bagi Tubuh Manusia

Manusia diberi anugerah oleh Allah keistimewaan yang tidak diberikan kepada selainnya. Manusia adalah makhluk yang telah disediakan untuknya rezeki yang halal. Bagaimana pengaruh makanan halal bagi tubuh manusia?

Bagi orang-orang yang beriman memilih konsumsi yang thayyib dan halal bukan saja untuk memelihara martabat dirinya, namun lebih dari itu merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah”. (QS. Al-Baqarah [2]: 172)

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. (QS. AnNahl [16]: 114)

Perhatian terhadap makanan yang akan dikonsumsi, selain sebagai wujud untuk menjaga status dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, juga karena makanan yang dikonsumsi memberikan dampak yang luas bagi seluruh aspek kehidupan manusia, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Berikut ini pengaruh makanan terhadap kehidupan manusia.

Memengaruhi Pertumbuhan Jasmani dan Rohani

Makanan yang dikonsumsi manusia mengandung zatzat yang berguna bagi kelangsungan hidup antara lain: Karbohidrat, yang sangat dibutuhkan sebagai sumber tenaga (energi). Protein, baik hewani maupun nabati yang diperlukan untuk pertumbuhan, membangun serta memperbaiki jaringan tubuh yang sudah rusak. Lemak, yang berfungsi sebagai cadangan energi dan terlibat dalam mengendalikan suhu tubuh. Vitamin dan Mineral, diperlukan untuk metabolisme makanan, pembentukan daya tahan tubuh, untuk mengaktifkan enzim dan hormon serta melindungi serta memelihara susunan dan fungsi organ tubuh. Air sebagai media transportasi zat-zat makanan dalam tubuh.

Setiap orang membutuhkan asupan zat-zat tersebut secara berimbang untuk pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak serta untuk memenuhi kebutuhan energi untuk beraktivitas. Jika terjadi ketidakseimbangan atau adanya asupan yang kurang dari salah satu komponen tersebut akan ada gangguan mulai dari yang ringan sampai gangguan yang berat. Misalnya saja jika asupan karbohidrat yang kurang seseorang akan merasakan lemas, karena asupan energi berkurang.

Berhubung makanan dan minuman sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas dan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan kecerdasan, maka Allah Swt. memberikan petunjuk kepada manusia agar hanya mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik (halālan thayyiban) sehingga akan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan.

Mungkin saja pengaruh makanan yang haram tidak tampak secara lahiriyah. Misalnya saja ada yang bilang, banyak orang yang biasa mengonsumsi daging babi justru cerdas dan pintar. Penilaian ini hanyalah bersifat lahiriyah semata, namun yang jelas secara ruhaniyah pasti ada dampaknya.

Energi yang berasal dari sesuatu yang haram secara psikis akan menjadi hambatan jika digunakan untuk melakukan kebaikan. Demikian pula pertumbuhan otak yang dikembangkaan dari bahan yang haram akan menjadi penghambat ketika digunakan untuk memikirkan kebaikan.

Memengaruhi Sifat dan Perilaku Manusia

Tubuh manusia tersusun atas organ-organ, masing-masing organ tersusun atas jaringan-jaringan, dan tiap-tiap jaringan tersusun atas sel-sel. Pada sel, ada inti sel. Dalam inti sel ada kromosom. Dalam kromosom ada gen yang merupakan pembawa sifat-sifat manusia yang akan diturunkan pada generasi keturunannya. Di dalam gen terdapat DNA yang khas yang mampu mengidentifikasi adanya kekerabatan biologis. Di samping itu, aktivitas dalam tubuh manusia juga dikoordinasikan oleh fungsi syaraf dan fungsi hormon.

Makanan yang dikonsumsi manusia diantaranya berfungsi sebagai komponen penyusun sel, sehingga pembentukan DNA juga dikembangkan dari makanan. Demikian pula makanan juga berfungsi sebagai bahan untuk penyusun dan pemelihara fungsi organ serta jaringan termasuk juga fungsi syaraf dan hormon tersebut.

Selain itu, jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh terhadap karakter manusia. Sebagai contoh, orang yang biasa berpuasa akan lebih bisa mengendalikan emosinya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah berpuasa.

Beberapa jenis senyawa tertentu juga bisa memengaruhi karakter seseorang. Seperti triptofan misalnya merupakan asam amino yang ditengarai dapat merangsang munculnya karakter yang kasar.

Nah, dengan demikian, makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia sangat berpengaruh terhadap sifat dan perilakunya sendiri maupun sifat yang akan diturunkan pada anaknya. Maka bisa dibayangkan pengaruhnya jika makanan itu tidak halal.

Memengaruhi Perkembangan Anak-Anak yang Akan Dilahirkan

Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia akan memengaruhi pertumbuhan sperma maupun ovum. Setelah terjadi pembuahan ovum yang telah dibuahi akan tumbuh menjadi janin yang bersemayam dalam kandungan. Saat di kandungan ini pun makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin.

Dari sinilah patut untuk direnungkan mengapa saat ini kenakalan anak semakin meningkat. Boleh jadi karena makanan yang dikonsumsinya sejak dalam kandungan tidak halal.

Memengaruhi Diterima atau Ditolaknya Amal Ibadah dan Do’a

Tujuan dan tugas hidup manusia di muka bumi adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah Swt., dzat Yang Maha Suci.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. al- Dzariyât [51]: 56)

Bagaimana mungkin ibadah seseorang diterima oleh Allah jika makanan dan minumannya haram? Oleh karena itu, seseorang harus berusaha semaksimal mungkin agar makanan dan minuman yang akan dikonsumsi benar-benar halal dan baik (halalan thayyiban), sehingga amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt. Karena jika makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak halal, kecil kemungkinan amal ibadah akan diterima oleh-Nya. Sebagaimana dijelaskan oleh hadits shahih:

“Wahai Manusia! Sesungguhnya Allah adalah thayyib (baik), tidak akan menerima kecuali yang thayyib (baik dan halal), dan Allah memerintahkan kepada orang yang beriman segala apa yang la perintahkan kepada para rasul. Allah berfirman; ‘Hai Rasul-Rasul makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakan amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mu’minun, 231)

Kemudian Rasulullah saw. juga bersabda: “Barang siapa yang membeli baju seharga sepuluh dirham, sedangkan di dalamnya terdapat satu dirham saja dari uang haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama ia mash memakai baju itu.” (HR. Ahmad No. 5473)

Di dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman: “Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 51)

Dalam ayat tersebut perintah untuk mengonsumsi yang halal dikaitkan dengan perintah untuk mengerjakan amal saleh. Yang dimaksud amal shaleh adalah amal baik yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. serta dikerjakan dengan ikhlas. Dalam hal ini tersirat makna bahwa seseorang harus berhati-hati ketika hendak mengonsumsi. Ketika akan mengerjakan amal shaleh makanan yang dikonsumsi harus halal, karena makanan yang haram akan menjadi hambatan untuk mengerjakan amal shaleh dan hambatan untuk diterimanya amal shaleh.

Memengaruhi Kehidupan di Alam Akhirat

Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia akan memengaruhi kehidupannya di alam akhirat. Jika halal dan thayyib, maka akan mengantarkan manusia ke surga. Sebaliknya, jika bersumber dari atau diperoleh dengan cara yang haram, maka akan mengantarkannya ke dalam neraka.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw.: “Hai Kaab bin Ujrah, sesungguhnya tidak tumbuh daging yang berasal dari makanan haram kecuali neraka lebih berhak untuknya.” (HR. al-Tirmidzi No. 558)

Sikap Berhati-Hati dan Menjauhi yang Haram

Begitu besar dampak serta bahayanya yang haram mengharuskan seseorang untuk selalu berhati-hati jangan sampai mengambil atau kemasukan yang haram. Sikap seperti ini merupakan sikap yang ditanamkan oleh Rasulullah saw. kepada sahabat-sahabatnya serta menjadi sikap yang diikuti oleh generasi sesudahnya.

Berhati-hati dalam masalah halal dan haram mencerminkan ketakwaan seorang hamba, karena dengan sifat ini kebaikan agama seseorang akan selalu terjaga. Imam al-Bukhari dalam al-Jȃmi’ al-Shahih telah menuliskan riwayat sebagai berikut:

Dari Aisyah ra., dia berkata: “Dahulu, Abu Bakar mempunyai seorang pembantu yang bertugas mengambil pajak untuknya. Abu Bakar pernah memakan dari bagian pajak itu. Pada suatu hari pembantunya itu datang dengan membawa makanan, lalu Abu Bakar memakanya. Maka pembantunya itu berkata kepada Abu Bakar; Apakah engkau mengetahui tentang apa yang engkau makan itu?. Abu Bakar bertanya; Apakah itu?. Pembantunya berkata; Dahulu pada zaman Jahiliyyah aku adalah orang yang pernah meramal untuk seseorang. Padahal aku tak pandai dalam perdukunan kecuali aku menipunya. Kemudian aku bertemu orang tersebut, lalu dia memberikan (hadiah) kepadaku (yaitu) makanan yang Anda makan ini.” Maka, Abu Bakar spontan memasukkan jarinya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan segala sesuatu yang ada di dalam perutnya. (HR al-Bukhari No. 3554).

Umar ibn al-Khattab ra. juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar ra. sebagaimana yang ada dalam riwayat di atas. Ketika beliau meminum susu dari seekor unta sedekahan, namun karena merasa ada yang keliru beliau kemudian memasukkan jari-jarinya ke mulut dan berusaha memuntahkannya sehingga bersih isi perutnya. Hal tersebut menunjukkan betapa takutnya para salaf al-shaleh terhadap makanan yang haram.

Sahal al-Tusturi berkata: “Seseorang tidak akan mencapai hakikat iman sehingga ia melaksanakan empat hal yaitu menunaikan segala kefardhuan dengan mengikuti tuntunan sunnah, mengonsumsi yang halal dengan mengikuti prinsip wara’; menjauhi larangan agama lahir dan batin, serta sabar dengan semua itu hingga meninggal dunia”.

Sahal al-Tusturi juga berkata: “Barang siapa yang mengonsumsi barang haram anggota tubuhnya akan terdorong berbuat maksiat dengan disengaja atau tidak disengaja, dikehendaki atau tidak dikehendai. Namun jika makanannya halal ia akan diikuti anggota tubuhnya dan dibimbing oleh Tuhan kepada kebaikan”. Wallȃhu a’lam. (Sumber: Ainul Yaqin: Halal di Era Modern)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.