Oleh: Henny Nuraini 

• Tenaga Ahli LPPOM MUI 

• Departemen Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University 

• Pusat Kajian Sains Halal-IPB University 

Sampai saat ini belum ada bukti keberhasilan persilangan antara genus yang berbeda. Babi adalah keturunan keluarga (genus) Sus dan merupakan kelompok ternak monogastrik, sedangkan domba keturunan genus Ovis merupakan kelompok ternak ruminansia. 

Saat ini berbagai media sedang marak memberitakan tentang “Khanzarof” yang dinyatakan sebagai hasil silangan babi dan domba/kambing (Video: Benarkah Hewan Ini Hasil Persilangan antara Babi dan Kambing?). Setelah diusut lebih dalam, rupanya hewan tersebut adalah domba Beltex yang berasal dari Belgia. Domba jenis ini merupakan hasil persilangan antara domba lokal Belgia dan domba Texel. Domba ini dikembangkan oleh peternak Belgia yang dibantu oleh Professor Roger Hanset dari University of Liege, peneliti yang juga mengembangkan sapi Belgian Blue. 

Persilangan ini bertujuan untuk menghasilkan domba tipe pedaging. Domba Beltex berwajah putih ini dapat menghasilkan wol berukuran sedang dengan kualitas medium. Sesuai dengan tujuan persilangannya, Beltex tergolong double-muscle sheep, yakni bangsa domba dengan perototan yang sangat dominan, terutama di bagian paha belakang (hindquarter).  

Beltex jantan dewasa rata-rata mempunyai berat badan 90 kg, sedangkan betina berkisar 70 kg. Domba  jantan maupun betina pada umumnya tidak bertanduk. Tinggi badan rata-rata domba betina dewasa sekitar 50 cm dan domba jantan sekitar 60 cm.  

Tetua Domba Beltex  

Pembentuk domba Beltex adalah domba Texel yang berasal dari Pulau Texel, di utara Belanda. Domba ini merupakan hasil persilangan dari beberapa domba asal Inggris yang juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Texelaar, Texelse, Improved Texel, dan Verbeterde Texelse. 

Saat ini, populasi domba Beltex mendominasi total jumlah domba di Belanda, yakni hampir 70%. Keturunan domba Texel yang menghasilkan daging domba tanpa lemak (lean meat) ini juga populer di Australia, Eropa, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uruguay. Domba jenis ini pertama kali diimpor pada 1985 oleh Meat Animal Research Center di Clay Center, Nebraska, Amerika Serikat.  

Selain itu, domba Texel juga diekspor ke Inggris pada awal 1970-an, dan ke Selandia Baru pada 1988 melalui program seleksi genetik. Tak ketinggalan, pemerintah Indonesia juga ikut mengembangkan domba Texel sekitar tahun 1955-1957.  

Pegunungan Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dipilih sebagai kawasan pengembangan. Hal ini karena Daerah tersebut memiliki iklim yang mirip dengan daerah asal domba Texel. Domba ini dikenal dengan nama Dombos atau Domba Wonosobo, hasil silangan domba Texel dengan domba ekor tipis dan/atau domba ekor gemuk. Walaupun domba Texel memiliki keunggulan sebagai penghasil daging dan bulu, di Indonesia domba ini baru dibudidayakan sebagai domba pedaging. Persentase karkas Dombos mencapai 55% di atas rata-rata domba lokal lainnya (40-45%) dengan daging sedikit lemak.  

Pemerintah pada 17 Juni 2011 melalui keputusan Menteri Pertanian No. 2915/Kpts/OT.140/6/2011 mengeluarkan Penetapan Rumpun Domba Wonosobo sebagai salah satu rumpun domba lokal Indonesia, yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan. Domba ini juga mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. 

Hewan Hibrida 

Hibridisasi adalah persilangan atau perkawinan antara spesies yang berbeda dalam satu genus. Hewan yang disilangkan ini bisa berbeda spesies, namun masih berada dalam satu genus yang sama, misalnya antara sapi (genus: Bos dan spesies: Bos taurus, Bos indicus) dan kerbau (genus: Bos dan spesies: Bubalus bubalis). Persilangan kedua jenis ternak ini pada umumnya menghasilkan keturunan yang steril (jika sudah dewasa tidak bisa mempunyai keturunan). 

Bentuk persilangan yang paling mungkin berhasil dan anaknya ketika dewasa dapat mempunyai keturunan kembali adalah persilangan antara subspesies dalam spesies yang sama. Sebagai contoh, persilangan antara sapi Bali dan sapi Madura atau antara domba Beltex dan domba Wonosobo. 

Beberapa hewan hibrida lain yang sudah berhasil disilangkan, antara lain: 

1. Mule: kuda betina dengan keledai jantan 

2. Zebroid: zebra dan kuda 

3. Geep: domba dan kambing 

4. Beefalo: sapi dan kerbau 

5. Dzo: sapi dan yak liar 

6. Cama: unta arab jantan dan llama betina 

7. Liger: singa jantan dan harimau betina 

8. Wholphin: paus dan lumba-lumba. 

Hewan hasil kawin silang beda spesies tersebut pada umumnya dilakukan pada hewan langka sebagai hewan peliharaan. Ketika sudah dewasa, hewan tersebut tidak bisa mempunyai anak.  

Salah satu faktor yang sangat mudah diamati dari hewan hibrid tersebut adalah memiliki kemiripan dalam struktur anatomi tubuh. Sebagai contoh, Geep dari hasil persilangan domba dan kambing serta Beefalo dari hasil persilangan sapi dan kerbau. Empat jenis ternak tersebut (domba, kambing, sapi, dan kerbau) adalah ternak ruminansia, yaitu ternak pemamahbiak yang mempunyai empat ruang perut. Selanjutnya, zebroid dari hasil persilangan zebra dan  kuda, keduanya termasuk ternak monogastrik, yaitu ternak dengan sistem pencernaan satu lambung.  

Sampai saat ini belum ada bukti keberhasilan persilangan antara genus yang berbeda. Babi adalah keturunan keluarga (genus) Sus dan merupakan kelompok?ternak monogastrik, sedangkan domba keturunan genus Ovis merupakan kelompok ternak ruminansia. 

Dengan demikian, terlihat bahwa menyilangkan kambing atau domba (ternak ruminansia) dengan babi (ternak monogastrik) kemungkinan tidak akan berhasil. Keduanya mempunyai struktur anatomi berbeda dan kekerabatan yang jauh (berasal dari genus yang berbeda: genus Ovis untuk domba, genus Capra untuk kambing, dan genus Sus untuk babi). Di samping itu, hingga saat ini belum ada satu pun publikasi yang menunjukkan adanya hasil perkawinan antara babi dengan kambing atau domba.  

Penulis juga sudah mencoba menelusuri arti dari kata “Khanzarof” tersebut, apakah mencerminkan asal usul jenis hewan, namun belum berhasil menemukan hingga tulisan ini diterbitkan. Dalam bahasa Rusia, babi = svinina; kambing = koza; domba = ovtsa.  

Dengan demikian tidak mungkin ada hewan hasil persilangan antara babi dengan domba, seperti yang diberi nama “Khanzarof”. Setelah diperhatikan dengan cermat, hewan tersebut adalah domba Beltex. Hewan dengan postur tubuh yang pendek gempal, moncong dan lingkar mata berwarna gelap, serta bagian paha belakang berotot penuh, jika direkam dengan teknik video shoot yang cepat, memang akan menghasilkan imajinasi seolah-olah hewan ini adalah hasil persilangan antara babi dengan kambing atau domba. (*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.